Anak belajar menyimak perkataan orang lain, anak mampu mengungkapkan perasaannya, dan juga memancing daya tarik anak untuk tampil berbicara dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Selain itu mengobrol juga membantu anak untuk lebih terbuka dengan orang tua dan lingkungan sekitar, dan anak juga menjadi lebih berani dalam menyampaikan maksud atau pendapatnya.
Jika para orang tua sering mengobrol dengan anak, maka wawasan si anak juga akan bertambah. Oleh karena itu, jadikan obrolan sebagai kegiatan menyenangkan yang tidak boleh terlewatkan setiap hari.
Membaca Buku Cerita
Selain mengobrol, membacakan buku cerita juga merupakan hal yang menyenangkan untuk anak usia dini.
Membacakan buku cerita pada anak usia dini tentu saja berbeda cara penyampaiannya. Perlu satu trik khusus untuk menarik perhatian anak, agar mendengarkan cerita yang dibacakan.
Langkah pertama yang harus orang tua lakukan adalah memilih buku cerita yang sesuai dengan usia sang anak.
Kemudian bacakan dengan menggunakan kalimat yang sederhana, intonasi yang jelas, dan mimik wajah yang sesuai dengan isi cerita.
Tujuannya agar sang anak dapat menyerap cerita dengan baik, dan bisa mengambil pesan moral untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Stimulasi Perkembangan Bahasa Anak dengan Cara Bermain Peran
Pada dasarnya anak usia dini sangat menyukai kegiatan bermain, salah satunya adalah bermain peran. Bermain peran tidak hanya dilakukan dalam ruang lingkup yang besar, tetapi bisa juga dilakukan dalam ruang lingkup kecil.
Bermain peran merupakan salah satu cara dalam menstimulus aspek perkembangan bahasa pada anak usia dini, melatih interaksi sosial anak, dan melatih kemampuan anak dalam berimajinasi secara alamiah.
Hal pertama yang dapat orang tua lakukan dalam merencanakan bermain peran bersama anak adalah dengan menentukan tema yang menarik.
Kemudian menyiapkan media serta kostum (optional) untuk bermain peran dan tentukan durasi bermain.
Misalnya bermain peran tentang profesi “Dokter gigi”. Dalam menyampaikan tema peran tersebut, orang tua berkesempatan untuk mengenalkan kosa kata yang baru.
Misalnya tentang bagaimana menjaga “kesehatan gigi” dengan menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Selanjutnya beri kesempatan pada anak untuk menyalurkan imajinasinya ketika bermain peran, dan berikan apresiasi pada anak setelah selesai bermain.
Tags
Baca Juga
20 pemikiran pada “Stimulasi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini”
Komentar ditutup.
Menambahkan juga, ciri anak berkembang ditandai anak lancar berbicara dan berbahasa serta kemampuan berpikir kritis dengan banyak bertanya. Salah satu stimulus nya adalah dengan memberikan perhatian pada mereka dengan menanggapi setiap pertanyaan mereka. Itu butuh kesabaran banget, nah sabar itu yg banyak orangtua ga mampu.
Akhirnya kita tahu sendiri gimana selanjutnya kalo orangtua ga sabar dan ga paham fase perkembangan anak.
Sepakat kak, saya sangat sependapat dengan komentar kak Arief. Karena tidak semua orang tua mampu untuk lebih sabar menghadapi anak-anaknya yang bisa menyebabkan tidak optimalnya tumbuh-kembang si anak. Thanks ya kak buat koemntar dan pendapatnya 😉
Terimakasih telah berbagi hal pokok sebagai awal tumbuh kembang anak
Terimaksih sudah berkomentar!
Lumayan dapet ilmu baru tentang menstimulus anak untuk belajar berbicara. Siapa tahu kalau memang udah siap punya adek untuk Raka bisa diterapkan hehehehe. Tapi beberapa langkah di sini juga tetep aku coba terapkan ke Raka juga sih walaupun kasus di Raka harus sambil dilatih juga sama terapis dengan terapi wicara 😁😁😁😁
Makasih banyak mbak infonya. Snagat bermanfaat sekali 😍😍
Terima kasih kembali mba Yunita 🙂
Senang rasanya ketika tulisan saya bisa menginspirasi para Ibu. Tetap semangat ya mba!
Wah ternyata kegiatan sehari-hari juga bisa ya menstimulasi anak. Bagus nih artikelnya, emak2 kek saya perlu banget
Kebanyakan orang tua bingung dalam memberikan stimulasi kepada anak. Padahal dari kegiatan mengobrol yang sederhana bisa mengajarkan anak banyak hal.
Saya penasaran sebenernya mbak kalau boleh diskusi..
Kan belajar bahasa itu makin muda makin bagus ya, karena daya tangkapnya masih cepat. Tapi ada efek negatof nggak sih kalau anak kecil itu belajar 3 bahasa berbeda sekaligus di waktu kecil? Misalnya ni bahasa Indonesia, Inggris, dan Jepang begitu. Nuhun
Saaran saya, ketika anak masih dibawah usia 2 tahun. Baiknya ajarkan si anak bahasa ibu (Bahasa Indonesia) lebih dahulu. Ketika si anak sudah memahami kosakata dasar, dan ia pun sudah paham bagaimana mengungkapkan emosi dan perasaannya. Selanjutnya baru stimulasi / ajarkan anak bahasa lainnya, namun baiknya ajarkan ia bahasa asing untuk penggunaan kalimat yang sederhana. Contohnya: “Don’t do that!”, “Just touch, don’t you eat!”, dst.
Demikian kak, semoga membantu ya! 🙂
terima kasih sharingnya kak, alhamdulillah tahapan yang dibagikan dalam artikel sudah saya lakukan, efeknya memang berbeda, untuk anak saya yang paling kecil, perkembangannya lebih cepat dibanding kakaknya karena yang menstimulus lebih banyak
Alhamdulillah, saya senang sekali mba ketika banyak orang tua sudah mengerti pola pengasuhan yang baik. Thanks ya mba komentarnya!
Saya setuju dg tulisan di artikel ini mbak..
Salah satu bentuk stimulasi pengembangan bahasa bagi anak usia dini adalah bentuk komunikasi kita secara verbal maupun non verbal.. anak usia dini adalah pondasi karakter yg harus kita pantau. Emang agak ribet sih, tp setidaknga kita mampu mendampingi mereka hingga kelak masuk ke lingkungan pendidikan paska usia dini..
Terimakasih telah berbagi informasinya yaa..
Sepakat kak, memang lumayan ribet dan butuh kesabaran ekstra 🙂
Thanks ya kak sudah berkomentar..
Terimakasih,, saya coba akan berhasil,, apabila diterapkan… Sehat selalu,, sukses selalu
You’re wellcome bro 😉
Terimakasih mba undah memberikan pengetahuan yg sangat bermanfaat. Tinggal gmna org tua bisa menjalankan perannya dengan baik dalam mengasuh anak agar menjadi pribadi yg baik secara intelektual dan budi pekerti.
Terimakasih juga mba sudah mau berkomentar 😉
Saya setuju kalau kemampuan berbahasa anak akan mendukung kemampuan kognitif mereka. Anw, thanks for sharing
Terima kasih kembali mba Vera 😉